` Albert
Einstein pernah berkata, “Ini sungguh mengejutkan bahwa teknologi telah
melebihi batas kemanusiaan kita.”
Abad 21
merupakan era keemasan bagi ummat manusia. Kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi sungguh memanjakan setiap pengguna dan penikmat benda-benda yang
penuh kesenangan. Benda-benda yang tak dijumpai di zaman sebelum kita.
Benda-benda yang
terdapat manfaat dan juga mudharat di dalamnya. Benda yang mampu menambah
wawasan dan ilmu. Dan benda yang mampu menjerumuskan ke lembah kekufuran. Yaitu
sebut saja televise, radio, handphone, computer, internet dan semacamnya yang
mampu menghadirkan berbagai sarana hiburan dan permainan.
Sekarang
merupakan zaman teknologi modern yang penuh kecanggihan dan zaman yang serba
instan. Orang bisa melihat masjidil haram dan ka’bah kendati belum pernah pergi
ke sana, dan orang bisa tau banyak tentang kejadian di penjuru dunia kendati
belum pernah menjelajah dunia, semua itu karena teknologi. Dengan internet
semua orang bisa melakukan apa saja seolah-olah dunia dalam genggamannya.
Remaja, dewasa,
maupun yang tua di zaman ini juga bisa berteman serta berkomunikasi dengan
semua orang di dunia kendati belum pernah bertatap muka dengan semua orang itu.
Semua karena teknologi.
Siapa yang tak
mengenal situs jejaring social yang sangat digemari pemuda di waktu sekarang
ini. Ya, facebook dan twitter. Dengannya si pengguna mampu memperoleh banyak
teman. Dengannya pula si pengguna mampu mejelajah dunia dengan semua fasilitas
dan hiburan di dalamnya. Walaupun semua itu hanya di dunia maya, bukanlah alam
yang nyata.
Situs jejaring
itu dapat menjadi lahan amal bagi penggunanya dan banyak menyerap manfaat
apabila ia mengetahui. Akan tetapi, facebook dan twitter serta semacamnya
merupakan alat penjerumus ke lembah hitam dan ladang kekufuran apabila ia
mengetahui pula.
Kita lihat di
zaman sekarang yang mana pengguna dan penikmatnya begitu banyak, dan sangat
disayangkan sebagian dari mereka adalah bagi kita yang muslim.
Seorang ulama
berkata dalam pidatonya, ”facebook adalah agenda orang yahudi yang ingin
menelanjangkan kita (muslim)”. Kalau kita menikmati kemudian
menyalahgunakannya, berarti kita telah mengikuti jejak orang yahudi,
sebagaimana yang pernah diisyaratkan oleh nabi saw. sejak berabad-abad silam
bahwa kita selaku muslim akan mengikuti
jejak nasrani dan yahudi.
Pengguna
facebook dan twitter hanyalah menyibukkan dirinya di dunia maya.
Membeber-beberkan segala sesuatu tentang dirinya kepada orang banyak, kendati
itu sebuah aib sekalipun. Apabila ia melakukan hal ini dan itu langsung ia
ceritakan kepada orang banyak meski itu sebuah perbuatan dosa dan maksiat
sekalipun.
Pengguna situs
jejaring social itu terkadang asik memperbincangkan hal-hal pribadi dan
memperbincangkan hal-hal yang tak penting dan tiada manfaat. Apalah pedulinya
orang banyak tentang hal semacam itu. Namun tetap si pengguna merasa senang
jikalau ia membeberkan hal pribadinya dan segala sesuatu tentangnya kepada
orang banyak.
Bahkan masalah
keluarga serta agama pun dibawa-bawa. Sebagai contoh ada si pengguna menulis
status di akunnya, ”ya Tuhan, sembuhkanlah penyakit ibuku”. Dan ada pula
,”Alhamdulillah puasa hari ini lancar”. Dan masih banyak lagi, bahkan pula aib
dan keburukan sendiri dibeberkan kepada orang banyak.
Nabi saw
bersabda, ”sesungguhnya ummatku ini baik, akan tetapi mereka menzahirkan
(mempublikasikan) perbuatan maksiat mereka”.
Akun itu pun
adalah ladang dosa bagi penggunanya bahkan berlipat ganda, terutama bagi yang
wanita. Apabila ada seorang pria melihat aurat wanita dan timbul hasrat berupa
nafsu, tentu itu adalah sebuah dosa baginya dan dua kali lipat pula dosa bagi
si wanita, karena si wanita yang menfasilitasi dan karena wanita itulah timbul
hasrat dari pria.
Sangat
disayangkan, banyak wanita muslim sekarang yang membeberkan auratnya di situs
jejaring social itu melalui foto-fotonya. Satu foto ia upload di akun itu,
kemudian ada pria yang melihatnya, itu adalah tindakan dosa baginya. Apabila
sendainya ada puluhan bahkan ratusan foto yang ia upload yangmana auratnya
terbuka, dan apalagi kalau ada ratusan bahkan ribuan pria yang melihat
foto-foto itu, betapa banyak dosa yang harus dipikul si wanita yang
berlipat-lipat ganda.
Dosa yang
dipikul itu pun tak terbatas karena ruang dan waktu. Di mana saja dan kapan
saja dosa itu akan tetap hadir bagi si pengguna selama fotonya masih ada dan
dilihat banyak orang, meski si pengguna telah meninggal dunia sekalipun.
Adakah di antara
kita adalah sebagian dari mereka yang pengguna dan penikmat teknologi, mungkin
dari keluarga kita, anak dan generasi penerus kita, serta saudara-saudara kita.
Marilah kita selaku muslim saling mengingatkan tentang hal ini, terutama kepada
anak cucu kita.
Dengan benda
kecil yang sebut saja handphone dan ada pula namanya smartphone setiap orang
mampu mengakses internet dan situs jejaring social tadi. Memang banyak manfaat
di dalamnya, namun mudharatnya pun lebih banyak pula.
Dengan benda
yang tak bernyawa, tak mempunyai akal, tak mempunya hati dan tak mempunyai ruh
namun mampu untuk hidup itu setiap penggunanya mampu menikmati apa saja yang
ada di dalamnya.
Dampak negative
bagi si penggunanya ialah banyak membuang waktu dengan sia-sia yangmana ia
hanya disibukkan dengan hal yang itu-itu saja, ia hanya sibuk di dunia maya
yang tak nyata. Kemudian mempengaruhi wawasan dan pengetahuan si pengguna
karena ia hanya lebih banyak tau tentang hal yang itu-itu saja, seperti status,
like n coment, music dan sebagainya. Ia tak tau banyak tentang pelajaran di
sekolah bahkan ilmu agama.
Penggunaannya
yang berlebihan pun akan membuat kurangnya interaksi social dan silaturahmi
antar sesama di dunia nyata. Pengguna situs jejaring social itu hanya mempunyai
teman di dunia maya, bukanlah di dunia yang nyata. Ia hanya mampu melihat
foto-foto, video dan tulisan saja. Yang tak jauh beda dengan alam khayal.
Ada yang
berkata, “Sekarang sudah banyak orang gila karena teknologi. Lihatlah orang
yang sedang main handphone itu, kerjanya hanya diam dan menunduk, matanya hanya
melihat ke layar kecil yang penuh khayalan, jari jempolnya begitu asik menari,
ia tak memiliki teman yang nyata di sekelilingnya, ia hanya diam dan menunduk.
Lihatlah orang itu sudah gila karena teknologi, terkadang ia tersenyum sendiri
dan tertawa sendiri, padahal di hadapanya hanya ada sebuah benda kecil yang tak
bernyawa, benda yang penuh khayalan dan imajinasi, yang di dalamnya hanyalah
dunia maya, bukanlah dunia nyata. Dan lihatlah orang itu sedang berbicara
sendiri, bernyanyi sendiri, asik sendiri, dan ia pun lagi sendiri. Sungguh,
banyak orang yang gila karena teknologi”.
Ada tiga orang
yang sedang berkumpul, dan ketiga-tiganya pun memiliki handphone canggih dan
mewah yang tak asing bagi remaja sekarang karena fasilitas messengernya. Karena
teknologi itulah interaksi dan silaturahmi serta jarak antara ketiga orang tadi
terpisah. Masing-masing sibuk dengan urusannya, yaitu karena facebook, twitter,
messenger, music, foto, video, game dan semacamnya. Masing-masing di antara
mereka kerjanya hanya diam dan menunduk dengan jari-jemari yang memegang
handphonenya sambil melihat ke layarnya. Tak ada sepatah kata pun yang terucap
di lisan mereka. Interaksi di antara mereka berkurang karena mereka hanya
menyibukkan diri di dunia maya.
Bahayanya adalah
di lingkup keluarga kita sendiri. Coba kita renungkan di saat si ayah sibuk
dengan laptop karena urusan kantornya, si ibu sibuk dengan sinetron dan acara
kesayangannya di televisi, dan si anak sibuk dengan handphonenya mengurusi akun
pribadinya dan messengernya. Hubungan keluarga menjadi terpisah karena
teknologi.
Bahkan bahayanya
di saat kita ingin bermunajat kepada Sang Khalik. Kita selalu disibukkan karena
bunyi handphone, atau sibuk berbalas pesan, atau pun sibuk update status.
Bukankah hal demikian menambah hijab antara seorang hamba dengan Tuhannya.
Semoga Allah
swt. memberikan hidayah kepada kita semua selaku muslim dalam menghadapi zaman
yang penuh tipu daya di balik keemasannya ini, dan dalam menghadapi zaman yang
indah di pandangan mata namun begitu fana dan hina.
Wallahu a’lam
referensi :
hermawayne.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar